Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

Ilmu itu cahaya

Ilmu itu cahaya. Ia akan masuk ke dalam jiwa2 yg telah mengosongkan dirinya. Bak tempayan yg siap menampung air. Jika kau biarkan dirimu 'penuh' maka ia akan jatuh berceceran. Sia-sia. Jika hanya setengah yg kau kosongkan, hanya setengah yg akan tertampung. Begitu seterusnya. Maka, jadilah para pencari yg tak tahu apa2. Agar semakin banyak cahaya yg masuk ke dlm dirimu. Semakin tdk tahu, semakin byk ilmu yg bisa kau serap. Pula, jangan pernah merasa cukup. Krn puncak pengetahuan adalah ketidaktahuan *lesson from sufi class 5/2/14 Have a good day everyone! :)

WARNA WARNI

Warna warni kehidupan itu lbh banyak dr warna pelangi. Dan yg perlu kau lakukan hanyalah berempati. Tak perlu meminta semua org utk mengerti. Karena tak akan pernah sampai pd titik berhenti. Tetaplah sll rendah hati. Krn hidup ini banyak dipenuhi asumsi. Kebenaran pun punya banyak versi. Tak perlu merasa plg benar. Krn itu hanya melampaui kewenangan Tuhan Yang Maha Benar. Menghargai banyak versi kebenaran adalah cara kita belajar. Jangan pernah lelah mencari. Krn pencarian adalah cara terbaik utk lbh mengenal diri sendiri. Mengenal hakikat diri menjadi jalan utk mengenal Ilahi Rabbi. Man arofa nafsahu faqod arofa rabbahu (almakolah).

Musola

Salah satu tempat favorit sejumlah santri di pondok kami dulu adalah musola. Tempatnya sangat sederhana. Berada tepat di atas kamar mandi besar. Tempat para santri mememuhi hajatnya. Sebuah ruangan di lantai 2 beralaskan dipan yg berlubang di sana sini. Di antara lubang itu sejumlah kutu bersarang dan tanpa ampun sering menggigiti kami yg tengah beraktivitas. Baik saat belajar, solat maup ... un tidur. Ya, rutinitas kami memang hanya belajar, makan, tidur dan berkehidupan sosial tentunya. Sbg tempat favorit aktivitas kami di tempat itu tdk hanya solat berjamaah tetapi juga mengaji dan belajar macam2 ilmu. Dan krn terbatasnya tempat tidur, tak jarang kami memilih musola yg luas itu untuk tidur. (Sbg catatan, ini pesantren tradisional dimana kesederhanaan menjadi ciri utama. Tidur pun kami hanya beralaskan tikar, berjejer begitu saja memenuhi ruangan terbatas yg kadang dihuni smp 10 org dlm 1 ruangan. Tergantung ukurannya. Jarang sekali kami memakai kasur sbg alas tidur. Itu jaman a

Gerimis

 Gerimis. Enggan pergi. Berlinang di jalanan yg basah. Membekukan. Seluruh angan. Gerimis. Menyimpan rahasia. Membawanya jauh hingga ke samudra. Gerimis. Mencari suara hati. Yg telah lama sirna. Diantara Deraian dan isakan. Membanjiri. hati2 yg terluka. Gerimis. Tak henti. Mencari kata nurani. Yg telah lama bisu. Gerimis. Menyisakan bisikan. Di jendela. Berkata. Esok masih ada. Pelangi. Untuk kita. Clayton South, 11/4/14, 11.55pm

KARTINI

Meski tubuhmu terpenjara di balik sangkar emas istana Meski ragamu terjerat dlm tatanan sosial feodalisme jawa Meski hasrat dan cita2mu terganjal oleh siasat politik Belanda Meski rasa cinta dan kepedulianmu pd sesama terjebak oleh kekuatan cintamu pd ayahmu Namun, kau biarkan pikiranmu bebas berkelana Kau catat setiap peristiwa dan kegelisahanmu melalui goresan kata2 Kau jadikan kata2 sbg senjata ... mu Krn kau yakin akan kekuatan pena Kekuatan pena takkan pernah mati Melampui abad dan putaran waktu Krn itulah pikiran2mu tetap dikaji dan dipelihara. Semoga, kaum perempuan Indonesia Dimana pun berada Tak lelah berjuang Utk membebaskan diri dari Belenggu kemiskinan dan kebodohan Semoga perempuan muda seusiamu memiliki kepekaan sosial yg sama Membaca semangatmu bukan dari Kebaya atau sanggul semata Selamat hari Kartini! 21-04-2014

era dulu

Mungkin suatu ketika kita akan kembali pd kenikmatan hp jadul era nokia atau ericson yg besarnya spt remote, yg hanya bisa sms n nelpon. Atau cukup kirim telegram dan bicara pk telepon kabel utk berkirim pesan. Mungkin suatu ketika kita akan kembali menikmati surat2an, berkirim kabar lewat pos ketimbang messenger. Lalu kita akan merangkai kata2 indah nan romantis utk menyatakan rasa rindu yg membu ... ncah pd teman, sahabat, keluarga yg jauh. Mungkin suatu waktu kita akan kembali menghabiskan byk waktu utk membaca buku, menulis, berkebun, bercengkerama di halaman, mengobrol dgn tetangga, ketimbang asyik fesbukan atau twitteran. Mungkin suatu hari kita akan kembali menghabiskan waktu berbagi cerita, bercanda, tertawa bersama anggota keluarga ketimbang asyik dgn gadget masing2 saat bertemu di rumah. Mungkin suatu waktu anak2 kita akan kembali asyik bermain lari2, petak umpet, bernyanyi di bawah purnama, bermain di sungai, berlarian di sawah, bermain congklak, membuat perahu dr kulit

BELAJAR BAHASA

 Mendapat kesempatan membaca tugas2 mahasiswa asing yang sedang belajar Bahasa Indonesia, menyadarkan saya akan satu hal: belajar Bahasa, bukan cuma mengerti soal gramatika dan kosa-kata, tetapi bagaimana memahami struktur perasaan dan struktur pikiran dari orang-orang yang menggunakan Bahasa tersebut. Saya semakin sadar juga (:malu maksudnya) membayangkan pembimbing saya atau native ... yg membaca tulisan Bahasa Inggris saya tersenyum2 (kecut?): Inggris rasa Indonesia. (Oh pantesan juga, meskipun saya belajar Bahasa Arab sejak kecil, saya baru bisa memahami rasa Bahasa orang Arab, jauh di kemudian hari setelah saya mempelajari karakter, budaya, dan cara berpikir orang Arab. Kenapa orang Arab, misalnya, senang sekali pakai 'inna' atau huruf qosam,spt dalam 'wallahi, billahi, tallahi' saat memulai kalimat...) Jadi, kesimpulannya, mempelajari budaya dari Bahasa yang dipelajari adalah hal yang sangatlah penting dalam belajar bahasa apapun. Oh belajar Bahasa…. Pantesa

KYAI KAMPUNG

 "Oh inikah ajengan (kyai) sepuh yg akan kuwawancara? Pimpinan pesantren tertua di desa?" Aku terperanjat. Seorang lelaki tua bercaping dgn golok di tangan, kaos oblong dan celana pendek, seperti kebanyakan petani pd umumnya. Tidak ada sorban melingkar di leher. Tidak ada kopiah putih di kepala. Atau sarung dan tasbih. Selain tatapannya yg teduh berwibawa. "Nyari bapak?" Tanyanya. " ... Ada apa? Bapak mau ke kebun nyadap nira. Ada ibu di dalam." Ujarnya lg. Semua serba sederhana. Dengan ratusan santri yg dimilikinya, ia tetap mencari nafkah spt kebanyakan org lainnya. Memang, kyai2 di kampung tak pernah meminta bayaran kpd para santrinya. Mereka adalah pribadi2 mandiri. Seketika terbayang wajah2 ustad televisi yg ngetopnya tak kalah sm artis. Yg tampilannya necis berwajah kelimis. Yg tarif sekali ceramah hanya terjangkau oleh kalangan tertentu. Tiba2...teringat sebuah tulisan, katanya ustad itu ada yg dilahirkan televisi, cukup pintar menghibur, lucu

tak perlu ada keluhan

tak perlu ada keluhan, karena tak ada yang patut kukeluhkan para cerdik cendikia menghabiskan malam-malam panjangnya di bawah lampu temaram membaca berbagai tanda dalam ribuan baris huruf yang riuh berbicara untuk menemukan segala fakta menafsirkan banyak peristiwa sedangkan aku hanya terlelap dalam kehangatan selimut berbulu domba tak perlu ada keluhan, karena tak ada yang patut kukeluhkan para alim, para pencari Tuhan, orang-orang soleh menghabiskan malam-malam panjangnya dalam sujud-sujud panjang di penghujung malam yang tak pernah usai sedangkan aku hanya terpaku pada rindu menunggu cericit burung pagi yang mengantar kehangatan matahari tak perlu ada keluhan, karena tak ada yang patut kukeluhkan para pekerja terbenam dalam gemerlap yang gelap menunaikan kewajiban untuk menjemput sejumput harapan dan impian sedangkan aku hanya duduk termenung menanti datangnya angin semilir yang membawa sejumlah kata yang mengubahnya jadi senyuman bukankah hidup terlalu indah un