Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2012

Kepedulian Anak-anak Indonesia di Australia

Gambar
Pikiiran Rakyat Online Catatan atas Operet “Sejuta Senyum untuk Sahabat” Kepedulian Anak-anak Indonesia di Australia Selasa, 07/02/2012 - 01:52 EKKI SYAMSULHAKIM OPERET “Sejuta Senyum untuk Sahabat”.* PRLM - “Actually, you and I come from the same nation, Indonesia. Even though we are living in a different side of Indonesia, we still love our country very much. So that’s why we can feel what you feel. Your hope is our hope. Your dream is our dream too...” (Operet “Sejuta Senyum untuk Sahabat”) Indonesia itu indah. Indonesia itu kaya. Indonesia itu milik kita dan karenanya harus kita cintai. Namun, dibalik keindahan dan kekayaannya, masih banyak anak-anak yang tidak beruntung karena tidak dapat bersekolah. Itulah sepenggal pesan yang ingin disampaikan dalam acara yang digagas Monash Indonesian Islamic Society (MIIS), perkumpulan komunitas Muslim Indonesia di lingkungan Monash University, bertajuk “Sejuta Senyum untuk Sahabat”. Sebuah konser amal (charity concert) yang dilaksanakan p

Sosok Ibu dan Spiritualitas

Oleh NENENG YANTI Kh. MENGHAYATI peran sebagai seorang ibu bukanlah hal yang mudah. Perjuangan dan pengorbanan seorang ibu begitu besar dalam mendedikasikan hidupnya bagi tumbuh dan berkembangnya generasi yang berkualitas. Tugas yang diemban seorang ibu dalam proses regenerasi manusia menempatkannya dalam posisi sentral dalam kehidupan. Bahkan, ketika seorang ibu berada pada puncak proses melahir­kan manusia baru, perjuangannya yang berada antara hidup dan mati, dengan mempertaruhkan kehidupannya sendiri untuk sebuah kehidupan baru, disejajarkan dengan seorang pejuang yang tengah berada di medan perang. Ketika seorang ibu "gugur" dalam menjalankan tugas itu, agama mengategorikan kematiannya sebagai "mati syahid", yaitu sebuah kematian mulia di jalan Allah dengan imbalan surga. Sebuah kategori kematian bagi orang yang berjuang di jalan Tuhan. Begitu penting sekaligus beratnya peran yang diemban seorang ibu sehingga upaya-upaya pemuliaan atasnya dirasa

Nadoman, Berdakwah dengan Nyanyian

Eling-eling masing eling. Rumingkang di bumi alam. Darma wawayangan wae.Raga tayapangawasa. Lamun kasasar lampah. Napsu nu matak kaduhung. Badan anu katempuhan. TIDAK mudah menelusuri jejak kapan mulai munculnya nadoman di tatar Sunda. Nadoman dikategorikan sastra lisan yang hidup di tengah masyarakat tanpa diketahui siapa dan kapan ditulis. Ia bersifat anonim. Dalam sastra lisan, karya itu milik semua orang. Itu sebabnya, sulit menelusuri sejarah nadoman. Pada pertengahan abad XX, nadoman menjadi sarana dakwah dan penyebaran ilmu agama yang efektif. Tidak hanya kiai atau ajengan yang bisa melakukannya, para ustaz di musala di kampung-kampung juga bisa membuatnya. Baik lagu bebas yang dalam istilah karawitan disebut "kawih", maupun lagu terikat seperti "tembang" atau "dangding". Di masyarakat, nadoman ini kemudian lebih dikenal sebagai pupujian. Sejumlah nadoman dari masa itu masih hidup hingga hari ini, di antaranya adalah "Pepeling" yang d

Topeng Kaleng: Negosiasi Seni dan Industri

Selalu ada situasi kompleks, terkadang paradoks, antara industri dengan kesenian. Industri selalu terkait dengan proses ekonomi, ”capital value”, mencari keuntungan sebanyak-banyaknya. Sementara kesenian mengandaikan dirinya lekat dengan nilai-nilai estetika sebagai bentuk ekspresi manusia, jauh dari nilai-nilai komersialisasi. Kalaupun ada hal-hal yang berbau komersial, itu biasanya diberikan terkait dengan pencapaian estetika yang tinggi. Akan tetapi, dalam kesenian tradisi bentuk penghargaan demikian hampir tidak ada. Industri yang identik dengan “kota dan modern” dan kesenian tradisi dengan citra “kampung dan tradisional” seolah-olah menjadi dua hal yang kontradiktif. Dalam kondisi demikian, menjadi menarik manakala melihat sebuah seni pertunjukan tradisi eksis di perkampungan yang berada di tengah-tengah kawasan perindustrian besar. Kesenian itu adalah topeng kaleng atau dikenal juga dengan sebutan topeng budong, merujuk pada nama pemimpinnya, Budong. Kelompok kesenian ini ber