Malakan

Namanya ‘malakan’. Siapakah dia?

Ia adalah sesosok mahluk yang menyerupai kita saat kita berada di alam barzakh, demikian penjelasan Ustad Usep dalam sebuah pengajian. Ukurannya sesuai dengan apa yang kita lakukan saat hidup. Ia adalah jelmaan amal baik kita.

“ata’rifuni (apakah engkau mengenalku)?” tanya malakan pada arwah saat berada di alam barzah. 

“Aku adalah amalan baikmu. Aku adalah serupaanmu. Aku akan menemani hari2mu agar tak kesepian. Di akhirat nanti, aku pula yang akan bersaksi atas kebaikanmu." 

Saat kita berada di alam barzah yang gelap, kita akan sepi sendiri, tak ada yang menemani.
Malakan akan menghibur kita sehingga kita tak lagi kesepian. Malakan akan bersaksi atas kebaikan-kebaikan kita di yaumil akhir.

“Semakin banyak kebaikan yang kita lakukan selama hidup, semakin besar sosok malakan yang menemani kita ini,” ujar ustad Usep lagi.

Dalam penjelasan Ustad Usep, alam barzakh itu semacam sebuah kondisi yang memisahkan dua alam, yakni alam dunia dan alam akhirat. Ia semacam garis pembatas di mana kita berada di titik yang gelap, sendirian, kesepian. Pada fase itu, Malakan lah yang akan menemani kita.

Maka, untuk apa kita menunda berbuat baik? 

Kata ustad Usep, berbuat baik yang paling sulit tentunya berbuat baik pada orang yang membenci kita, yang memusuhi kita, yang menyakiti kita. Tapi, jika kita berhasil untuk tetap berbuat baik pada mereka, dalam kesakitan kita, kebaikan yang diperoleh pun semakin besar. Saat kebaikan semakin besar, semakin besar pula malakan, sahabat kita, penyerupaan diri kita, yang akan menemani hari2 panjang yang sepi kita di alam barzah nanti.    

اَللّهُمَّ اخْتِمْ لَنَا بِاْلاِسْلاَمِ وَاخْتِمْ لَنَا بِاْلاِيْمَانِ وَاخْتِمْ لَنَا بِحُسْنِ الْخَاتِمَةِ

Allahummakhtim lana bilislam, wakhtim lana biliman, wakhtim lana bihusnil khotimah.

“Ya Allah, akhirilah hidup kami dengan islam, akhirilah hidup kami dengan membawa iman, akhirilah hidup kami dengan husnul khotimah”

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tak Ada Kata Terlambat: Pengalaman tentang Kawat Gigi

Topeng Kaleng: Negosiasi Seni dan Industri

Mencintai Buku Sejak Dini