Bimbingan

Salah satu pengalaman berharga belajar dalam iklim akademik barat adalah sikap encouragement dari dosen/pembimbing. Relasi pembimbing-mahasiswa di kampus-kampus di luar negeri seringkali lebih bersifat kolaboratif ketimbang seperti guru-murid yang bersifat tradisional (bahwa ilmu guru itu lebih luas, lebih mengerti, murid itu tidak tahu apa-apa sehingga harus tunduk dengan semua ucapan guru, dsb). Relasi seperti itu hampir tidak ada di sini. Bahkan, terkadang mahasiswa bimbingan dijadikan tempat belajar mengenai isu-isu baru oleh para dosen pembimbing. Dosen pembimbing itu lebih dulu punya pengalaman. Kira-kira begitu mereka memposisikan diri.

Dalam banyak interaksi proses bimbingan,  kita sebagai student juga dituntut lebih aktif dalam mencari dan menemukan, bahkan menentukan apa yang penting buat riset kita. "This is your research, you know it better" begitu kira-kira komentar para dosen pembimbing di saat kita bingung mau ngapain. Sebagai mahasiswa produk lokal Indonesia,  di awal-awal masa studi saya lumayan struggling dalam beradaptasi dengan lingkungan akademik seperti ini. Kita terbiasa menunggu instruksi, wejangan, arahan dosen, di sini kita justru harus mandiri, menentukan sendiri mau apa dan bagaimana dengan riset kita. 

Dosen pembimbing itu partner diskusi. Tentu saja mereka memberikan masukan-masukan dan arahan. Tetapi mau dibawa kemana arah penelitian kita,  kitalah sepenuhnya yang menentukan. Dosen pembimbing tidak pernah bersikap sok tau atas hal-hal yang memang tidak tahu. Selama saya menjadi student, saya seringkali merasa down dan tidak pede dengan riset saya sendiri. Belum lagi dengan urusan academic English yang belepotan. Malu rasanya setiap kali mau bimbingan. Tapi, tahukah kamu? Di saat seperti itu justru pembimbing selalu meng-encourage, meyakinkan saya bahwa riset saya itu keren! Saat saya mengeluh bahasa inggris saya yang belepotan,  dia bilang, "it's ok. It's readable.  Don't worry." 

Meski saya tahu saya akan dapat banyak kritikan saat bimbingan tetapi karena saya pun selalu mendapat pernyataan-pernyataan penghargaan atas ide-ide saya yang bagus misalnya, membuat saya selalu menunggu saat-saat bimbingan itu. Meski saya tahu bahwa akan ada banyak sekali pekerjaan selepas bimbingan, tetapi saya selalu tak sabar mendiskusikan tulisan saya. Karena saat itu tidak melulu dapat kritikan tapi juga penghargaan. Semoga kelak saya bisa menerapkannya saat saya kembali pada tugas saya sebagai dosen di kampus saya. 

Saya percaya, orang sukses itu bukan saja karena ia jenius atau pandai tapi juga karena mendapat bimbingan dan suntikan semangat, penghargaan yang layak atas setiap usaha dari para pembimbingnya.
Melbourne, 7 July 2015.

Komentar

  1. Sungguh keren pengalamanmu, kawan. Kamu telah melakukan studi lebih lanjut dan itu sangat menyenangkanmu. Aku sendiri hanya membaca pengalamanmu dari sini, dari jauh. Sukses, ya, buatmu.

    BalasHapus
  2. Terimakasih sudah berkenan membaca cak... kamu juga keren! :D

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tak Ada Kata Terlambat: Pengalaman tentang Kawat Gigi

Topeng Kaleng: Negosiasi Seni dan Industri

Mencintai Buku Sejak Dini