Eden, Kota Kecil Seperti Surga

(Catatan perjalanan road trip Melbourne-Sydney #1)

EDEN adalah sebuah kota kecil di pinggir pantai, di perbatasan Melbourne-Sydney. Lokasinya hilly, datarannya tinggi, jalan-jalannya pun naik turun dan berliku. Laut terlihat di bawahnya. Indah sekali.

Pertemuan dua sisi pantai di Twofold Bay
yang hanya dipisahkan oleh jalan

Pantainya sangat popular, namanya Twofold bay. Dua pantai dengan ujungnya yang saling berdekatan, berada di dua teluk yang berbeda. Hanya dipisahkan oleh jalan. Di sisi pantai sebelah kanan jalan, sebuah dermaga tempat kapal-kapal menambatkan jangkarnya. Sedangkan, di sisi pantai yang kiri, pasir-pasir berwarna perak berbias cahaya matahari; tempat anak-anak berlarian, dan orang dewasa menghabiskan waktu untuk merasai butir-butir pasir di telapak kaki, di bawah matahari yang hangat, disertai udara yang segar.


Beberapa meter di atasnya, di sebuah tempat duduk yang didesain memiliki view pantai yang keren. Di sebuah meja kayu, saya dan keluarga menikmati sarapan pagi yang sederhana: maklum menunya mie goreng telor. Dinikmati di antara deburan ombak, menjadikan menu pagi itu terasa mewah dan istimewa. Di sinilah tempat the whale killer yang terkenal, bernama Old Tom, berumah di awal abad 20 yang lalu.







Saat kami menikmati sarapan dengan bermandikan matahari pagi, seorang bapak mendekat. Ia mengawasi sesuatu.

"Ada kapal pesiar datang!" teriaknya.



Wow! Di sebuah kota kecil, dengan dermaga yg tidak besar, sebuah cruise ship atau kapal pesiar berpenumpang sekitar 3000 orang mampir. Karena tidak bisa merapat di dermaga yang terbilang kecil, si cruise pun berhenti agak di tengah. Penumpangnya dijemput oleh kapal-kapal kecil. Sebuah pengelolaan kota pariwisata yg menarik. Dan tentunya, menambah denyut ekonomi masyarakat setempat.




Inilah tempat penghentian kami yang kedua dalam road trip Melbourne-Sydney setelah sebelumnya berperahu ria di Lakes Entrance, sebuah tempat yang cantik, 3 jam perjalanan dari Melbourne.

Ini adalah liburan sebelum meninggalkan Australia dengan berbiaya murah. Berbekal tenda jika kemalaman😄. Mengandalkan kepiawaian suami melewati jalanan yg menantang dan panjang, dengan diselingi memasangi koyo di tangan, kaki dan punggung karena kelelahan menyetir. Kadang-kadang mesti ngerokin juga kalo drivernya masuk angin :D. Berbekal tekad, kemauan dan segala keterbatasan lainnya.

Untungnya posisi navigator bisa gantian dengan si boy, anak tunggal kami. Cara si boy menavigasi dan menemani pun lebih disukai kang driver.
"A lot of awesome stuff, bu!" Kata si boy.


Senja pun jatuh di Eden. Kami memandang matahari yang mulai menyelinap di balik laut yang luas di ufuk Barat. Kami berdiri di titik yang berbeda untuk memandang sunset sambil sesekali mengedarkan pandangan mencari-cari kalau-kalau ikan paus jelmaan si Old Tom muncul di kejauhan. Pada waktu tertentu, tempat wisata itu memang menawarkan semacam tur dengan membayar sejumlah uang untuk melihat saat-saat munculnya ikan paus di tempat tertentu di kawasaki tersebut.
Sesaat setelah matahari tenggelam, kami kembali ke tempat kemping yang menjadi tempat penginapan kami malam itu.

   
(Catatan ini ditulis di perjalanan menuju Jervis Bay, pantai yang memiliki pasir terputih di dunia, di antara hamparan ilalang keemasan yg bergunung-gunung, dan mesti nunggu ketemu sinyal buat menguploadnya. Perjalanan masih panjang. Petualangan seru pun masih menanti.

Eden, 10 Januari 2016.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tak Ada Kata Terlambat: Pengalaman tentang Kawat Gigi

Topeng Kaleng: Negosiasi Seni dan Industri

Mencintai Buku Sejak Dini