Email, Facebook, Blog, dan Saya

Berhubungan dengan teknologi bukan selalu hal yang mudah bagi saya. Hampir selalu persentuhan saya dengan hal-hal baru berbau teknologi itu atas campur tangan orang lain. Seseorang, dengan kebaikan hatinya melakukannya untuk saya.

Pertama, saat saya pertama kali punya email, saat saya kuliah di S2 di UGM tahun 2000, seorang teman membuatkan akun email tersebut untuk saya. Penggunaan email saat itu tidak seperti sekarang. Belum tentu setiap hari saya buka email dan hampir saya tidak pernah menunggu email dari seseorang kecuali saya yang menghubungi mereka terlebih dulu atau saya memberikan alamat email tersebut pada orang lain. Saya masih lebih sering mengunjungi kantor pos daripada warnet untuk berkirim kabar. Bahkan, saat suami saya tinggal beberapa bulan lamanya di luar negeri, kami pun tidak pernah saling berkirim kabar melalui email. Maklum untuk pergi ke warnet terdekat harus ditempuh selama 30 menit dengan angkutan umum.

Aktivitas saya menggunakan email agak menaik saat saya nulis tesis, karena harus berhubungan dengan orang-orang yang saya minta bantuan terkait referensi untuk tesis saya, termasuk yang berada di luar negeri.  Saat itu, aktivitas saya dengan email biasa-biasa saya sampai kemudian saya masuk di sebuah grup milis untuk pertama kalinya di penguhujung 2009. Mulailah email saya lebih ramai dari biasanya. Kemudian, grup milis lainnya memasukkan namanya saya dan hingga hari ini email pun menjadi terasa riuh-ramai setiap harinya dengan sejumlah grup milis di akun email saya. Sempat beberapa kali ganti email , saat ini saya punya sejumlah akun email untuk berbagai keperluan. Maka, mengecek email pun menjadi kegiatan rutin setiap hari, karena kalau tidak bisa-bisa ada informasi penting yang mungkin saja terlewatkan.

Kedua, saat orang ramai-ramai pakai facebook, sekitar tahun 2007, saya yang belum lama bertugas menjadi dosen di sebuah PTN, dibuatkan akun facebook oleh teman saya di kampus. Hal itu berawal dari keingintahuan saya apa yang membuat teman saya begitu asyik dengan kegiatan chattingnya saat itu. Saya pun tidak pernah benar-benar menggunakan media sosial tersebut selama beberapa tahun lamanya. Baru pada akhir tahun 2010 saya menjadi pengguna aktif FB saat saya hendak sekolah ke luar negeri. Saat itu, FB menjadi tempat saya dan teman-teman senasib, yang sama-sama sedang persiapan sekolah ke LN tersebut berbagi banyak hal, mulai dari berbagi informasi, spirit, termasuk canda-tawa di tengah rasa lelah bahkan kadang rasa putus asa yang melanda kami. Sejak saat itu, saya mulai menjadi pengguna aktif FB, terutama melalui Hp.

Berikutnya adalah saat saya mulai menggunakan smartphone Blackberry. Saat orang mulai ramai menggunakan BB, saya tidak terlalu tertarik dengannya. Penyebab utamanya, mungkin karena saat itu BB terlalu istimewa untuk ukuran isi kantong saya yang biasa-biasa saja. Saya termasuk pengguna teknologi seperlunya. Secanggih apapun hp yang saya pakai, pastilah fungsi utamanya menelpon dan sms, begitu pikir saya kala itu. Kemudian, saat itu tiba-tiba suami saya mendapat hadiah BB dari seseorang yang dikirim lewat pos. Dari situ, kadang saya pun ikut buka-buka berita di BB-nya. Asyik juga ternyata. Sampai suatu ketika, suami saya merasa BBnya bermasalah, terutama saat digunakan untuk menelepon. BB yang 'bermasalah' itu pun diwariskannya pada saya. Jadilah saya pengguna BB untuk pertama kalinya. Menjadi pengguna BB ternyata tidaklah sederhana. Saya mulai tergantung padanya. Hampir setiap hari saya gunakan untuk baca berita, termasuk update status di FB. Saya pun merasa semakin dekat dengan teman-teman saya karena bisa leluasa ngobrol di BBM, selain FB. Protes-protes kecil di rumah mulai muncul ketika saya dianggap mulai terlalu asyik, seperti ketawa atau senyum-senyum sendiri saat ngobrol dengan teman di BB. Jadilah BB menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh.

Selanjutnya, saat saya membuat blog. Pertama kali membuat blog belum lama juga meskipun keinginan itu ada sudah cukup lama. Tapi, karena saya merasa awam dan males terutama, keinginan membuat blog baru terwujud tahun 2011 yang lalu ketika saya mengerjakan sebuah proyek dan mengajak mahasiswa-mahasiswa saya yang ingin belajar menulis untuk melakukannya di blog. Seorang teman ahli komputer di kampus membagi pengalamannya bagaimana membuat dan mengurus blog. Sejak saat itu, belum pernah sekalipun saya mengaktifkan blog saya, sampai beberapa bulan yang lalu.

Ketika saya sekolah ke luar negeri, saya tetap menjadi pengguna BB meskipun banyak teman lebih suka menggunakan Iphone. Suatu saat ketika BB dirasa sudah kurang memenuhi kebutuhan saya sebagai sarana komunikasi dan informasi, mungkin saya baru beralih ke IPhone, ketika orang lain sudah menggunakan perangkat yang lebih canggih. Padahal, berada di kota seperti Melbourne ini, menggunakan Iphone sangat membantu karena hampir semua fasilitas publik seperti sarana transportasi misalnya, memiliki program yang bisa diinstal di Iphone, sehingga dapat dengan mudah mengecek jadwal bis atau kereta misalnya. Selera saya memang kuno, tapi dalam kekunoan itulah saya menemukan rasa yang berbeda. Rasa eksotika dan sensasi lain dalam meresapi dunia yang sudah teramat canggih. Dalam dunia yang semakin kecil dan kompleks ini, saya kerap merindukan masa lalu dengan segala kesederhanaannya. Rasa kampung yang tidak pernah berubah rupanya, bahkan ketika kampung sendiri sudah banyak berubah. Wallahu'alam. ***

Komentar

  1. weleh... gambarnya seperti bunga ganja :))

    kasih alinea dong, Neng, biar enak saya bacanya :-o

    BalasHapus
  2. weleeeh...emang ganja kyk gini ya???

    maklumlah mas....sebenarnya nulisnya ya pakai alinea cuma saat diaplot suka berubah sendiri...makasih ya sudah mampir.. maaf, blm punya suguhan.. :D

    BalasHapus
  3. Hahaha.. saya juga nggak tahu tapi begitu kayaknya modelnya di gambar-gambar. Masa ini daun pepaya? Kayaknya bukan deh...

    Kalau soal alinea itu mungkin bisa disimpan di Notepad dulu sebelum dinaikkan ke blog.

    BalasHapus
  4. Sip sip...tengkyu sarannya...yg jauh di pulau sana lebih canggih ya ternyata ketimbang yg tinggal di negri yg serba internet...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tak Ada Kata Terlambat: Pengalaman tentang Kawat Gigi

Topeng Kaleng: Negosiasi Seni dan Industri

Mencintai Buku Sejak Dini